...
“Astagfirullah”, batin Ricco ketika dia bangun tidur. Pagi itu terbangun dengan setengah terkejut. Seolah-olah fenomena yang dilihatnya di dalam mimpi terasa sangat real. Langsung di tengoknya hape kesayangannya, dilihatnya jam dan terlihat ada beberapa sms masuk. Dalam keadaan masih setengah sadar dicobanya membaca satu demi satu hurup yang tertera di pesannya. Sebuah senyum tersungging dimulutnya.
“Hehe, marah rupanya dia, wajar sih kalau dia marah” batinnya. Ingin untuk membalas semua sms yang masuk tapi apa daya masa aktifnya habis. Dia baru manyadari masa aktifnya habis setelah ingin membalas sms dari orang yang disayanginya.
“Oh iya ya, masa aktifnya habis”. Ricco pun segera bangun untuk mandi, tapi tiba-tiba rasa sakit muncul di organ dalam tubuhnya. Kembali dia rebahkan diri untuk sesaat.
“Waah,kambuh lagi nih penyakit lama, kok bisa datang lagi ya? Padahal sudah lumayan lama tak terasa sakit lagi” katanya dalam hati. Tapi rasa sakit itu tak dipedulikannya. Dia langsung bangun dan dengan langkah gontai menuju kamar mandi. Tapi mimpinya semalam masih mengisi pikirannya. Bahkan sampai di perjalanan menuju kampus pun pikiran itu mengusik otaknya.
Yup, itulah yang dialami Ricco pagi hari itu. Karena kehabisan masa aktif dia tidak bisa menghubungi teman sekelasnya untuk menanyakan dimana ruangan kuliahnya. Ada perubahan jadwal mata kuliah, tempatnya pun berubah. Tapi tak satupun jarkom pemberitahuan masuk ke inbox’nya.
“Haha,mau ga mau nih nyoba ngecek ke dua gedung, coba cek ke gedung A dulu gen nih”. Sesampainya di gedung A di tengoknya satu persatu kendaraan yang ada. Tapi tak satupun kendaraan teman-teman yang dikenalnya ada parkir.
“Pasti di gedung B ne”, katanya. Segera dihidupkannya kembali kendaraan dan langsung melaju ke gedung satunya. Sesampainya disana terlihat ruangan di lantai 3 semua pintunya tertutup. “Apa aku salah jadwal?” batinya. Tapi dilihatnya kendaraan beberapa teman sehingga dia yakin di gedung itulah tempat kuliahnya.
Setengah berlari disusurinya anak-anak tangga. Sesampainya di lantai tiga terlihat susunan sepatu di depan sebuah ruangan. Setelah yakin itu sepatu teman-temannya diberanikannya untuk masuk. Untung saat itu masih pengenalan dosen dan mata kuliah. Jadi tetap diperbolehkan masuk.
Sepulang kuliah ketika diperjalanan kembali teringat akan seseorang. Ricco pun harus berusaha fokus buat mengendarai kendaaraannya. Ada sesuatu yang mengusik pikirannya. Ini tentang masa lalunya, Aurel namanya.
Hal ini bermula ketika Ricco mengirim sebuah sms sesaat sebelum dia tidur, mungkin isi sms itulah yang membuat Aurel jadi kecewa dan lumayan marah padanya. Wajar saja sih klo Aurel marah, soalnya isi sms Ricco mematahkan kepenasaran Aurel. Dari pesan singkat yang ga terlalu singkat itu terlihat n terasa banget atmosfer marahnya (waah,,mendramatisir banget nich kata2nya, tengah malam makin gaje z nich yang nulis).
Kita flash back ke beberapa hari yang lalu. Ketika itu Ricco pernah mengatakan kepada Aurel bahwa dia ingin meluruskan sesuatu mengenai cerita mereka di masa lalu. Hal itu kontan saja membuat Aurel bingung dan penasaran. (Padahal kalau saja dia ingat jauh sebelum hari itu Ricco juga pernah mengucapkan hal yang sama). Sebenarnya bukan masalah yang begitu penting bagi Aurel, karena itu tak akan berpengaruh banyak pada dirinya.
(kalau kita tengok isi pikiran Ricco, ada banyak peran bathin yang dialaminya, mulai dari organisasi, hubungan dengan teman2, kondisi dirinya, termasuk juga hal yang ingin diluruskannya dengan masa lalunya)
Mengenai Aurel, bukannya Ricco ragu, dia hanya ingin melakukannya ketika saat yang tepat, tapi setelah mendengar alias membaca pesan dari Ricco, Aurel seperti sangat memburunya. Alasannya sih simpel, dia ingin segera menyelesaikan masalah. Ricco sangat ingin menjawab ini bukan mengenai mengulur-ulur waktu, ada sesuatu yang mengganjal hatinya.
Dulu dia juga sempat mengucapkan hal yang sama, tapi karena saat itu bukan waktu yang tepat, jadi ditunda deh, malah Ricco kembali menghilang bak ditelan Bumi. Dia menjadi sibuk sesibuk2nya(padahal penulis males banget nih make kata “sibuk”,lagi anti aza ma ne kata.he) dengan kegiatan sehari2nya.
Kembali ke sms yang dikirim Ricco, malam itu dia merasa ini bukan saat yang tepat. Isi pesan yang disingkat2in itu pun dia meminta maaf karena ga bisa memberi tahunya sekarang. Sepertinya lebih baik begitu untuk keduanya.
Selesai mengetik dan mengirim Ricco siap2 untuk tidur, tak lama berselang dia pun tertidur. Naah,dibagian inilah terjadi sesuatu yang begitu mengusik pikirannya. Padahal Ricco termasuk orang yang tidak peduli dengan mimpi. (Teeeettt,,mimpi sengaja tidak disampaikan.,,ahaha).
Ketika terbangun di pagi harinya. Ricco terkejut dan yang diingatnya apakah ini jawaban dari doa sebelum tidurnya,,?
Ketika terbangun di pagi harinya. Ricco terkejut dan yang diingatnya apakah ini jawaban dari doa sebelum tidurnya,,?
Mimpi inilah yang membuatnya semakin berpikir untuk menunda atau tidak meluruskan sama sekali mengenai Aurel. Di mimpinya terlihat seorang wanita yang menjaga pasangannya tapi berlinangan air matanya, dan wanita itu adalah Aurel. terlihat seolah wanita yang tegar, tapi apa yang membuatnya terus menangis?
Ketika membaca pesan balasan dari Aurel, Ricco sangat ingin menjelaskannya. Tapi hati dan masa aktif kartu menahannya. Baginya jika dijelaskannya lewat pesan mungkin akan tambah runyam. Setelah berpikir lumayan keras dia akhirnya mendapatkan metodenya. Memanfaatkan kemajuan teknologi. Dia pun mengirim sms kepada Aurel bahwa dia akan menanggapi pesan Aurel melalui media yang lain. Mungkin urel jadi bingung, tapi inilah cara yang lumayan bisa diandalkan untuk meredam emosinya (paling tidak dia akan bosan terlebih dahulu membaca hal yang panjang lebar, dan bingung menetukan inti dari itu semua, Good untuk penulis kondisi tengah malam membuatnya semakin ga jelas mau nulis apa,ahaha)
Sebenarnya Ricco ingin menjelaskan bahwa dia tak ada sedikitpun niat untuk membuat Aurel penasaran, bingung dan sebagainya. Dia juga tidak ingin memberi harapan semu, dia ingin kesbaran dan pengertian Aurel akan hal itu. Susah memang cara Ricco mengungkapkan keinginannya kepada seorang wanita,apalagi wanita itu masa lalunya. Berat baginya. Aurel juga sempat bilang jangan ngungkit2 masa lalu kalau memang tidak penting. Itu akan jadi kata2 yang diingat Ricco untuknya. “Berarti kemungkinan besar tak ada yang perlu dijelaskan lagi” batinnya.
Satu hal yang akhirnya Ricco tau, Aurel sudah bahagia bersama pasangannya yang baru, dan itu cukup menjadi suatu parameter kesuksesannya. So, biarlah hal itu tak tersampaikan secara langsung. Ricco tetap seperti yang dulu, menyimpan rahasia itu di dalam hatinya. Tak perduli apa kata dunia dia menjalaninya.
“Ini resiko, bukan karena aQ bermain api, bukan juga aku mempermainkan perasaan, sebenarnya siapa yang korban siapa yang pelaku semua dibuatnya samar kala itu, mengalah dan dikalahkan saat itu memang tak berarti lagi sekarang, tapi akan menjadi sebuah perjuangan manis bagiQ, tak peduli apa kata dunia or apa kata mereka, yang penting aQ malksanakan misi terselubung Q dan itu berujung pada keberhasilan yang lumayan,tinggal liat perkembangannya. Semoga kebahagiaan selalu menyertainya.Amin”
Ricco pun menutup cerita dan kata2 anehnya di hari itu dengan mengcopy semuanya dan disimpan di harddisknya, semoga bukan hanya di harddisk lappie kesayangannya itu kata2 penutup itu tersimpan, tapi juga di otak kecilnya.
Semoga bisa dimengerti.
...