BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada tumbuhan protoplasma sel mempunyai plasma dan pada hewan berupa selaput sel yang mampu mengatur sel secara selektif aliran cairan dari lingkungan suatu sel ke dalam sel atau sebaliknya. Terdapat dua proses fisiokimia yang penting, yaitu difusi dan osmosis, dengan adanya proses osmosis suatu selaput dinyatakan permeabel, semipermiabel, atau impermiabel. Sistem transportasi pada tumbuhan melibatkan proses difusi, osmosis, dan transpor aktif (Sobono, 1992).
Makhluk hidup terdiri atas sel, karena itulah manusia harus mempelajari tentang keadaan selnya atau sel- sel lainnya yang menunjang kehidupannya. Suatu sistem transportasi sangat penting bagi tunbuhan dan hewan yang berkaitan dengan masa organisme tersebut. Pada tanaman dan hewan yang masih sederhana transfor materi berlangsung secara osmosis, dan difusi. Pada sel hewan, jika suatu sel (sel darah merah) berada pada cairan yang Hipotonik maka sel darah merah akan pecah, namun jika berada dalam cairan yang hiportonis maka sel darah akan pecah.
1.2. Tujuan
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengetahui proses difusi dan osmosis pada organisme hidup, mengetahui proses terjadinya plasmolisis dan deplasmolisis pada sel tumbuhan, mengetahui dan memahami mekanisme terjadinya krenasi dan hemolisis sel darah manusia serta memahami penyebabnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Difusi adalah penyebaran molekul-molekul zat secara lebar, baik zat padat, zat cair maupun gas, ke segala arah yang digerakkan oleh energi kinetik yang menyebabkan molekul zat selalu dalam keadaan bergerak. Molekul-molekul zat itu saling tarik-menarik atau saling tolak-menolak. Difusi berlangsung dari larutan yang berkadar tinggi ke larutan yang berkadar rendah, sehingga kadar larutan tersebut merata. Kecepatan difusi tergantung pada tekanan, konsentrasi zat terlarut dan suhu (Kimball, 1992).
Osmosis adalah proses berpindahnya molekul-moslekul air dari larutan yang mengandung molekul air tinggi menuju ke larutan yang molekul airnya rendah melalui selaput semipermeabel. Dengan kata lain osmosis adalah peristiwa berpindahnya molekul-molekul air dari larutan yang berkonsentrasi rendah (hipotonis) menuju larutan yang berkonsentrasi tinggi (hipertonis).
Tumbuhan mengambil bahan makanan berupa air dan garam mineral yang terlarut di dalamnya serta O2 dan CO2 dari lingkungannya. Pengambilan dan pengangkutan bahan makanan terjadi melalui proses difusi, osmosis, dan transpor aktf. Zat-zat yang berupa air dan bahan kimia masuk melalui akar, sedangkan gas O2 dan CO2 masuk melalui daun. Zat yang diperlukan dan sisa-sasa metabolisme perlu ditransportasikan. Sistem transportasi sangat penting bagi tumbuhan dan hewan yang berkaitan dengan massa organisme tersebut. Transportasi yang terjadi dalam tubuh hewan maupun tumbuhan berlangsung secara aktif maupun pasif . (Dwidjoseputro, 1986).
Plasmolisis adalah proses terlepasnya protoplasma dari dinding sel yang disebabkan oleh air yang berada dalam vakoula merembes keluar dari sel, yaitu bila tumbuhan berada pada lingkungan yang kadar airnya rendah, maka tumbuhan akan sulit menyerap air. Pada kasus tertentu, air di dalam sel juga akan keluar. Bila terjadi terus-menerus, maka selaput plasma akan lepas dari dinding sel. Bila plasmolisis berkepanjangan, maka sel tersebut akan mati dan untuk mengembalikannya diperlukan proses sebaliknya. Keadaan ini dapat kembali ke keadaan semula apabila sel tersebut diletakkan di lingkungan dengan kadar air yang lebih tinggi (hipotonis). Peristiwa kembalinya protoplasma ini disebut dengan deplasmolisis.
Sel darah merah harus berada dalam keadaan yang isotonik , jika tidak akan terjadi pengkerutan yang disebut krenasi, sedangkan bila berada di dalam larutan yang hipertonik akan mengalami pembengkakan. Kemudian pecah dan mengakibatkan keluarnya hemoglobin yang berwarna merah, peristiwa ini disebut hemolisis (Wilkina, 1992).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada pukul 08.00 WITA,hari rabu, tanggal 28 Oktober 2009. Bertempat di Laboratorium biologi dasar 1, Lab. Dasar FMIPA UNLAM. Banjarbaru.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah gelas kimia (50 ml), pipet tetes, penunjuk waktu, cawan petri, jarum, pengaduk, mikroskop, kaca benda, kaca penutup, pisau silet, blood lanset.
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air, larutan metilen blue, kristal CuSO4, mentimun, kentang, daun Rhoe discolor, aquades, larutan sukrosa 0,2 M, kertas saring, darah, larutan NaCl 0,3 N, larutan HCl 0,1 N, alcohol 70%, kapas.
3.3. Proseder Kerja
3.3.1. Proses Difusi dan Osmosis
3.3.1.1. Proses Difusi
Metilen blue diteteskan pada gelas kimia yang telah diisi air, dan kristal CuSO4 dimasukkan pada gelas kimia lainnya, Perubahan yang terjadi diamati, saat penetesan dianggap sebagai waktu T0 dan saat tercapainya keadaan homogen sebagai T1. setelah itu langkah di atas diulangi dan setelah metilen blue dan kristal CuSO4 dimasukkan langsung diaduk. Hasil pengamatan dibandingkan.
3.3.1.2. Proses Osmosis
Larutan garam dapur disiapkan, dengan ditambahkankannya 3 sendok makan garam ke dalam 100 ml air. Dimasukkan ke dalam cawan A dan diberi label (larutan garam), dank e dalam cawan B diberi label (air). Irisan mentimun dan umbi kentang setebal 3-4 mm dimasukkan ke dalam masing-masing cawan. Dibiarkan hingga 15 menit, kemudian diangkat dengan jarum dan diamati perubahan yang terjadi. Setelah itu dikembalikan lagi ke dalam cawan, diteruskan hingga 30 menit. Hasil pengamatan dibandingkan.
3.3.2. Proses Plasmolisis dan Deplasmolisis
Permukaan bagian bawah daun Rhoe discolor disayat. Sayatan diletakkan pada kaca benda dan ditetesi aquades, serta ditutup dengan kaca penutup. Diamati di bawah mikroskop. Ketika sel-sel daun Rhoe discolor sudah tampak jelas, larutan sukrosa diteteskan pada salah satu tepi kaca penutup, sedangkan pada tepi yang lain ditempelkan kertas saring, sehingga aquades akan tertarik dan digantikan dengan larutan sukrosa. Diamati selama 5 menit, semua perubahan yang terjadi dicatat, kemudian mengulangi langkah di atas dengan mengganti medium larutan sukrosa dengan aaquades.
3.3.3. Proses Krenasi dan Hemolisis Sel Darah
Darah diambil dari jari manis dengan lanset, kemudian diteteskan pada 2 buah kaca benda. Pada kaca benda pertama diteteskan larutan NaCl 0,3 N untuk proses krenasi, dan pada kaca benda kedua diteteskan larutan HCl 0,1 N untuk proses hemolisis. Masing-masing kaca benda ditutup dengan kaca penutup dan diamati di bawah mikroskop. Sel darah merah hasil pengamatan kemudian digambar dan diberi keterangan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil yang didapat dari praktikum ini adalah
4.1.1. Proses Difusi dan Osmosis
4.1.3.1. Proses Difusi
No
|
Perlakuan
|
Tanpa Diaduk
|
Diaduk
|
1
|
Kristal CuSO4 + air
|
122 detik
|
39 detik
|
2
|
Metilen blue + air
|
1623 detik
|
4 detik
|
4.1.3.1. Proses Osmosis
No.
|
Perlakuan
|
15 menit
|
30 menit
|
1
|
Kentang + larutan garam
|
§ Mengkerut
§ Layu
|
§ Mengkerut
§ Layu
|
2
|
Kentang + air
|
§ Segar
§ Agak keras
|
Sedikit mengkerut
|
3
|
Timun + larutan garam
|
Layu
|
Mengkerut
|
4
|
Timun + air
|
§ Segar
§ Agak keras
|
Sedikit mengkerut
|
4.1.2. Proses Plasmolisis dan Deplasmolisis
4.1.3.1. Proses Plasmolisis
4.1.3.2. Proses Deplasmolisis
4.1.3. Krenasi dan Hemolisis Sel Darah
4.1.3.1. Krenasi
4.1.3.2. Hemolisis
4.2. Pembahasan
Difusi adalah perpindahan suatu molekul dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah secara langsung tanpa melaui membran semipermeabel. Osmosis adalah perpindahan molekul air dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi melalui membran semipermeabel. Proses difusi membutuhkan waktu yang cukup singkat, dan waktu tersebut dapat dipersingkat lagi dengan adanya bantuan seperti pengadukan. Metilen blue lebih cepat larut dalam air dibandingkan dengan CuSO4, hal ini dipengaruhi juga oleh faktor- faktor alam seperti berat jenis dan lain-lain. Dalam peristiwa osmosis, didapatkan bahwa kentang dan mentimun yang ada di wadah berisi larutan garam akan menjadi lebih lunak dari sebelumnya, sedangkan pada wadah yang berisi air garam menjadi lebih lunak dari sebelumnya. Hal ini terjadi karena cairan air garam dianggap sebagai pelarut yang bersifat hipertonik, sehingga plasma sel dari kentang dan mentimun yang direndam didalamnya menjadi bergerak keluar meninggalkan inti sel, akibatnya sel-selnya menjadi mengkerut dan menjadi lunak serta berlendir. Berbeda dengan kentang, kentang menjadi lebih keras dan menggembung. Hal ini karena air adalah larutan yang bersifat hipotonik akibatnya air akan masuk ke dalam sel sehingga sel menjadi menggembung dan menjadi lebih keras dari sebelumnya.
Plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya protoplasma dari dinding sel karena konsentrasi di luar sel lebih tinggi daripada di dalam sel, begitu sebaliknya dengan proses deplasmolisis. Percobaan tentang proses plasmolisis dan deplasmosisi, kami menggunakan daun Rhoe discolor sebagai objek. Pada saat daun Rhoe discolor ditetesi media air dapat dilihat sel daun berwarna ungu kehijau-hijauan dan sel-selnya masih bersatu serta stomatanya masih tertutup, hal ini dikarenakan karena adanya klorofil. Tetapi setelah ditetesi dengan menggunakan sukrosa 0,2 M terjadi perubahan warna dari yang semula berwarna ungu berubah menjadi warna putih dan sel-selnya merenggang serta stomatanya terbuka. Peritiwa ini menandakan bahwa terjadi peristiwa plasmolisis, yang disebabkan karena terlepasnya protoplasma dari dinding sel karena sel berada pada larutan hipotonik. Ketika ditetesi kembali dengan air, keadaan sel kembali seperti yang pertama yaitu berwana ungu tapi warnanya lebih muda. Hal ini membuktikan bahwa terjadi peristiwa deplasmoisis, dimana sel kembali seperti keadaan semula jika lingkungan diganti dengan larutan hipotonik.
Krenasi adalah peristiwa pengkerutan sel darah merah dalam larutan yang hipertonik. Pengkerutan sel darah merah dalam larutan yang hipertonik disebut krenasi. Sel darah yang diambil dari jari manis dengan menggunakan blood lanset diteteskan pada kaca benda, dimana sel darah merah itu berwarna merah hati. Namun setelah ditetesi dengan larutan NaCl 0,3 N darah tersebut berubah menjadi lebih cair dari semula dan warnanya juga berubah menjadi lebih muda. Hal ini terjadi karena sel darah tersebut berada dalam cairan yang hipertonik, sehingga sel darah menjadi mengkerut. Proses krenasi ini terjadi pada sel darah merah yang mengkerut dengan cepat sekali. Lain halnya dengan sel darah yang ditetesi dengan larutan HCl 0,1 N. Darah yang semula berwarna merah hati berubaha menjadi warna yang lebih tua (merah tua) atau merah gelap dengan ditandai adanya warna kuning kehitaman disekitar plasma darah tersebut. Hal ini terjadi karena sel darah merah berada pada cairan hipotenik, sehingga sel darah membengkak dan kemudian pecah yang menyebabkan keluarnya hemoglobin berwarna merah tua disertai pecahnya trombosit berwarna kuning disekitar plasma darah. Pecahnya sel darah tersebut mengakibatkan terjadinya tumpangan antara sel darah merah yang membengkak.
Pada proses difusi, untuk perlakuan tanpa diaduk dapat disimpulkan bahwa zat berbentuk padat (kristal CuSO4) lebih cepat larut pada air dibandingkan metilen blue. Sedangkan pada perlakuan dengan diaduk, zat berbentuk larutan (metilen blue) lebih cepat larut dibanding kristal CuSO4..
Pada proses osmosis, kentang dan timun menjadi lebih lunak saat direndam di dalam larutan garam. Hal ini terjadi karena larutan garam dianggap sebagai pelarut yang bersifat hipertonik, sehingga plasma sel dari kentang dan mentimun yang direndam didalamnya menjadi bergerak keluar meninggalkan inti sel, akibatnya sel- selnya menjadi mengkerut dan menjadi lunak serta berlendir. Berbeda dengan kentang dan mentimunnya menjadi lebih keras dan menggembung. Hal ini karena air adalah larutan yang bersifat hipotonik akibatnya air akan masuk ke dalam sel sehingga sel menjadi menggembung dan menjadi lebih keras dari sebelumnya.
Pada proses plasmolis dan deplasmolisis, saat daun Rhoe discolor ditetesi media air dapat dilihat sel daun berwarna ungu kehijau-hijauan, hal ini dikarenakan karena adanya klorofil. Tetapi setela ditetesi dengan menggunakan sukrosa terjadi perubahan warna dari yang semula berwarna ungu berubah menjadi warna putih. Peristiwa ini menandakan bahwa terjadi peristiwa plasmolisis, yang disebabkan karena terlepasnya protoplasma dari dinding sel karena sel berada pada larutan hipotonik. Ketika ditetesi kembali dengan air, keadaan sel kembaqli seperti yang pertam yaitu berwana ungu tapi wanannya lebih muda. Hal ini membuktikan bahwa terjadi peristiwa deplasmoisis, dimana sel kembali seperti keadaan semula jika lingkungan diganti dengan larutan hipotonik.
Dalam proses krenasi, tekanan larutan NaCl adalah sama dengan plasma darah, apabila dimasukkan dalam cairan yang hipertonis, maka air dalam eritrosit akan mengalir keluar dan akan berakibat buruk pada bentuk eritrosit yang akan menjadi berkerut seperti duri. Sebaliknya apabila sel darah di masukkan ke dalam larutan yang hipotonis, maka sel akan membengkak kemudian akan pecah serta mengeluarkan hemoglobin yang berwarna merah . peristiwa ini disebut dengan hemolisis.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum kali ini yaitu :
1) Proses difusi dan osmosis sangat penting artinya bagi tanaman karena kedua proses ini berkaitan erat dengan cara tanaman itu hidup dan mendapatkan nutrisi.
2) Difusi terjadi karena berpindahnya suatu larutan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah.
3) Osmosis terjadi karena berpindahnya suatu larutan dari konsentrasi rendah ke konsentrasi yang tinggi.
4) Proses terjadinya plasmolisis dan deplasmolisis disebabkan karena perbedaan larutan yang hipertonik dan yang hipotonik.
5) Plasmolisis adalah peristiwa terlepasnya protoplasma dari dinding sel karena sel berada dalam larutan hipertonik.
6) Untuk mengembalikan ke keadaan semula harus dibuat lebih hipertonik yang dinamakan deplasmolisis.
7) Krenasi adalah pengkerutan sel darah merah yang berda dalam keadaan hipertonik.
8) Hemolisis terjadi jika larutannya hipotinik.
5.2. Saran
Sebaiknya praktikan sudah mengetahui tentang materi yang akan dipraktekkan sehingga tidak mengalami kesulitan ketika praktikum. Serta pastikan alat-alat yang digunakan untuk praktikum tidak mengalami masalah atau rusak, sehingga dapat digunakan sesuai prosedur.
DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro, D. 1986. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.
Kimball, J.W. 1992. Biologi jilid 1. Erlangga. Jakarta
Sobono. 1992. Histologi Umum. Bumi Aksara. Jakarta.
Wilkina. 1992. Fisiologi Tumbuhan. Bumi Aksara. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tulis komentar Anda disini