Sabtu, 29 September 2012

Praktikum Kimia - Laporan 1



PERCOBAAN I
PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN
I.              TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah untuk dapat membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan, dan menentukan konsentrasi larutan yang telah dibuat.

II.           TINJAUAN PUSTAKA
II.1.      Larutan
Solute atau zat terlarut adalah zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan. Solvent atau zat yang pelarut adalah zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan. Komposisi zat terlarut dan pelarut dalam larutan dinyatakan dalam konsentrasi larutan, sedangkan proses pencampuran zat terlarut dan pelarut membentuk larutan disebut pelarutan atau solvasi.
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air, selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol amoniak, kloroform, benzena, minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan (Gunawan, 2004).
Larutan terbentuk melalui percampuran atau lebih zat murni yang molekulnya berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur.  Perubahan gaya antar molekul yang dialami oleh molekul dalam bergerak dari zat terlarut murni atau pelarut ke keadaan tercampur mempengaruhi baik kemudahan pembentukan maupun kestabilan larutan.  Larutan dapat berada dalam kesetimbangan fase dengan gas,padatan atau cairan lain: kesetimbangan ini seringkali menunjukan efek yang menarik yang ditentukan oleh molekul zat terlarut (Oxtoby,2001).
Larutan dilihat berdasarkan keadaan fasa setelah bercampur ada yang homogen dan heterogen. Campuran homogen adalah campuran yang membentuk satu fasa yaitu yang mempunyai sifat dan komposisi yang sama antara satu bagian dengan bagian lain didekatnya. Contoh larutan homogen yaitu air gula dan alkohol dalam air. Sedang campuran heterogen adalah campuran yang mengandung dua fasa atau lebih contohnya air  susu  dan  air kopi (Syukri, 1999).
II.2.      Konsentrasi Larutan
Konsentrasi menyatakan jumlah komposisi zat terlarut dan pelarut di dalam larutan. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dengan beberapa konversi satuan larutan, seperti fraksi mol (x), molaritas (M), molalitas (m), normalitas (N), persen berat (w/w), persen volume (v/v), dan bagian per sejuta/part per milllion (ppm).
Tabel satuan konsentrasi larutan
No
Nama
Lambang
Definisi
1


2


3

4


5


6


7
Fraksi mol


Molaritas


Molalitas

Normalitas


Persen berat


Persen volume


Part per million
X


M


m

N


% w


% V


ppm









Fraksi mol (x) adalah perbandingan mol salah satu komponen dengan jumlah mol semua komponen. Kemolaran (M) adalah banyaknya mol zat terlarut dalam tiap liter larutan. Kemolalan (m) adalah jumlah mol zat terlarut dalam tiap 1.000 gram pelarut murni. Kenormalan (N) adalah jumlah ekivalen zat terlarut dalam tiap liter larutan. Persen massa (% w ) adalah perbandingan massa zat terlarut dengan massa larutan dikalikan 100%. Persen volume (% V) adalah perbandingan volume zat terlarut dengan volume larutan dikali 100%. Part per million (ppm) adalah miligram zat terlarut dalam tiap kg larutan (Syukri, 1999).
Untuk membuat suatu larutan dengan konsentrasi tertentu dapat dilakukan dengan cara :
1)      Melarutkan zat terlarut yang berada dalam bentuk padatan
Jika larutan yang diinginkan komponen terlarutnya pada suhu kamar berupa padatan, maka untuk membuat larutan tersebut, ditimbang sejumlah tertentu zat terlarut yang diperlukan.
2)      Mengencerkan suatu larutan pekat
Untuk membuat jenis larutan semacam ini, sangat penting diketahui sifat-sifat dari larutan pekat yang tersedia dan konsentrasi awal dari larutan pekat tersebut. Untuk menentukan berapa banyak larutan pekat yang diperlukan untuk memmbuat sejumlah tertentu larutan dengan konsentrasi yang lebih encer, persamaan yang lazim digunakan adalah :                                 
 V1  = Volume larutan atau massa sebelum diencerkaan
M1 = Konsentrasi larutan sebelum diencerkan
V2  = Volume larutan atau massa setelah diencerkan
M2 = Konsentrasi larutan setelah diencerkan.
Larutan standar dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1.      Larutan standar primer adalah larutan standar yang dibuat dari sejumlah contoh yang diinginkan dan ditimbang dengan teliti, kemudian melarutkannya dalam volume larutan yang telah diukur dengan teliti. Konsentrasi larutan standar primer selalu tetap.  Contohnya K2Cr2O7, KIO3, dan Na2CO3.  Larutan standar primer harus memenuhi syarat – syarat seperti:
Ø  Zat itu mudah dalam bentuk murni.
Ø  Zat itu tetap, mudah dikeringkan dan tidak higroskopik.
Ø  Zat itu mempunyai berat ekuivalen yang cukup tinggi.
Ø  Stabil dalam keadaan biasa, setidaknya pada saat ditimbang.
Ø  Dalam titrasi asam bereaksi menurut syarat – syarat titrasi.
2.      Larutan standar sekunder, yaitu larutan yang dibuat dari larutan standar primer yang jumlah dan volemenya sudah diukur dengan teliti, tetapi tidak memenuhi sifat-sifat dari larutan standar primer.  Contohnya adalah NaOH (Keenan, 1989).
II.3.      Pembuatan Larutan dengan Cara Mengencerkan
Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit (Brady, 1999).
II.4.    Titrasi
Agar titrasi dapat berlangsung dengan baik, yang harus diperhatikan adalah :
1.        Interaksi antara pentiter dan zat yang ditentukan harus berlangsung secara stoikiometri, artinya sesuai dengan ketetapan yang dicapai dengan peralatan yang lazim digunakan dalam titrimetri. Reaksi harus sempurna sekurang-kurangnya 99,9 % pada titik kesetaraan.
2.    Laju reaksi harus cukup tinggi agar titrasi berlangsung dengan cepat.
Titrasi dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Berdasarkan reaksi; 
     -           Titrasi asam basa
     -           Titrasi oksidasi reduksi
     -           Titrasi pengendapan
-    Titrasi kompleksometri
2. Berdasarkan titran (larutan standar) yang dipakai;
     -           Titrasi asidimetri
3. Campuran penetapan akhir;
     -           Cara visual dengan indikator
     -           Cara elektromagnetik
4. Berdasarkan kosentrasi;
     -           Makro
     -           Semimikro
     -           Mikro
5. Berdasarkan teknik pelaksaan;
     -           Tidak langsung
     -           Titrasi plank
     -           Titrasi tidak langsung (Keenan, 1999).
III.        ALAT DAN BAHAN
A.   Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas piala, gelas ukur, pipet tetes, pipet ukur, pipet gondok, 3 labu takar 10 mL, 1 labu takar 50 mL, dan buret.
B.   Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan pada percobaan ini adalah asam klorida (HCL) pekat, larutan natrium hidroksida (NaOH) 0,1 M, pelet natrium hidroksida, larutan asam klorida 0,1 M, indikator metil merah, indikator phenophtalein, indikator metil orange, dan akuades.



IV.         PROSEDUR KERJA
I.     Pembuatan dan Pengenceran Larutan Asam Klorida
1.    Gelas ukur ditimbang (20,31 gram).
2.    Sebanyak 4,15 mL larutan asam klorida diambil dengan gelas ukur yang telah ditimbang dan pipet tetes. Dilakukan di dalam lemari asam.
3.    Labu takar 100 mL kosong ditimbang (68,00 gram). Labu takar tersebut diisi dengan 20 mL akuades.
4.    Asam klorida pekat yang telah diambil dimasukkan ke dalam labu takar. Dilakukan di dalam lemari asam.
5.    Akuades ditambahkan ke dalam labu takar hingga tanda batas. Labu takar ditutup dan dikocok hingga larutan homogen. Labu takar berisi larutan ini ditimbang (164,93 gram). Larutan ini disebut larutan A (larutan HCL).
6.    20 mL larutan asam klorida (Larutan A) dipindahkan ke dalam labu takar 100 mL yang baru.
7.    Akuades ditambahkan ke dalam labu takar hingga tanda batas. Larutan ini disebut Larutan B (larutan HCL yang telah diencerkan).

II.   Penentuan Konsentrasi Larutan Asam Klorida melalui Titrasi
a).  Titrasi dengan Indikator Metil Merah
1.    Buret dibilas dengan akuades lalu dibilas kembali dengan larutan NaOH.
2.    Buret lalu diisi dengan natrium hidroksida.
3.    Volume awal NaOH kemudian dicatat (11,5 mL).
4.    10 mL larutan B (larutan asam klorida encer) dipindahkan ke dalam erlenmeyer dengan pipet gondok.
5.    Indikator metil merah ditambahkan ke dalam larutan.
6.    Larutan dalam erlenmeyer selanjutnya dititrasi dengan larutan NaOH hingga berubah warna.
7.    Titrasi dihentikan saat terjadi perubahan warna yang konstan.
8.    Volume akhir NaOH kemudian dicatat (1 mL). Volume larutan NaOH yang diperlukan kemudian dihitung (11,5 mL – 1 mL = 10,5 mL).
9.    Titrasi ke 2 dilakukan kembali dengan volume HCl yang sam. Volume larutan NaOH yang diperlukan untuk titrasi lalu dicatat  (22,5 mL – 11,5 mL = 11 mL).
b).  Titrasi dengan Indikator Fenoftalein
1.   Titrasi dilakukan kembali terhadap 10 mL larutan B (HCl encer) dengan larutan NaOH 0,1 M, dengan menggunakan indikator phenophtalein.
2.   Hasil yang diperoleh dari perlakuan dengan indikator metil merah dan dengan indikator phenophtalein kemudian dibandingkan.

III.     Pembuatan Larutan Natrium Hidroksida
1.    Sebanyak 0,4 gram butiran natrium hidroksida ditimbang secara teliti dengan kaca arloji dan neraca analitik.
2.    Butiran NaOH dipindahkan dari gelas arloji ke dalam gelas beker yang berisi 20 mL akuades hangat.
3.    Larutan lalu di aduk hingga seluruh butir NaOH larut sempurna.
4.    50 mL larutan NaOH lalu dipindahkan ke dalam labu takar.
5.    Akuades ditambahkan hingga tanda batas labu takar. Labu takar lalu ditutup dan dikocok hingga homogen. Larutan ini disebut larutan C (larutan NaOH).
6.    25 mL larutan C (larutan NaOH) dipindahkan ke dalam labu takar 100 mL yang baru.
7.    Akuades ditambahkan hingga tanda batas. Labu takar lalu dikocok hingga homogen. Larutan ini kemudian disebut larutan D (larutan NaOH encer).

IV.     Penentuan Konsentrasi Larutan Natrium Hidroksida melalui Titrasi
a).    Titrasi NaOH dengan larutan HCL sebagai titran
1.   Buret dibilas dengan akuades, lalu dibilas kembali dengan larutan HCL 0,1 M (larutan A).
2.   Buret diisi dengan larutan HCl 0,1 M.
3.   Volume awal larutan HCl 0,1 M di dalam buret lalu dicatat                              (7,7 mL).
4.   10 mL larutan D (NaOH encer) dipindahkan ke dalam erlenmeyer.
5.   2 tetes indikator metil merah ditambahkan ke dalam larutan tersebut.
6.   Larutan di dalam erlenmeyer dititrasi dengan larutan HCl 0,1 M di dalam buret.
7.   Titrasi dihentikan saat terjadi perubahan warna yang konstan.
8.   Volume akhir HCl kemudian dicatat (4 mL). Volume larutan NaOH yang diperlukan kemudian dihitung (7,7 mL – 4 mL = 3,7 mL).
9.   Titrasi ke 2 dilakukan kembali dengan volume NaOH yang sama (10 mL). Volume larutan HCl yang diperlukan untuk titrasi lalu dicatat  (11,3 mL – 7,7 mL = 3,6 mL).

b).    Titrasi HCl dengan NaOH sebagai titran
1.   Buret dibilas dengan akuades, lalu dibilas kembali dengan larutan NaOH encer (larutan D).
2.   Buret diisi dengan larutan NaOH encer.
3.   10 mL larutan HCL 0,1 M dipindahkan ke dalam erlenmeyer.
4.   2 tetes indikator metil merah ditambahkan ke dalam larutan ini.
5.   Larutan dalam erlenmeyer kemudian dititrasi dengan larutan NaOH encer di dalam buret.
6.   Titrasi dihentikan saat terjadi perubahan warna yang konstan.
7.   NaOH yang diperlukan untuk titrasi HCl kemudian dihitung (27,4 mL).
8.   Titrasi ke 2 dilakukan kembali dengan volume HCl yang sama (10 mL). Volume larutan NaOH yang diperlukan untuk titrasi lalu dicatat  (11,3 mL – 7,7 mL = 3,6 mL).

V.            HASIL DAN PEMBAHASAN
A      Hasil dan Perhitungan
1.    Hasil
I.          Pembuatan dan Pengenceran Larutan Asam Klorida
No
Percobaan
Pengamatan
1.
Pembuatan larutan A
- Gelas ukur kosong ditimbang
- Volume HCl pekat
Massa jenis HCl
- Konsentrasi HCl pekat
- Labu takar kosong ditimbang
- Labu takar berisi larutan
  Ditimbang
- Larutan kemudian ditimbang
- Volume larutan A

                30,11   gram
                4,15     mL
                1190    gram/mL
                37         %(b/b)
                72,60    gram

                 172,03 gram
                 99,43   gram
                 100      mL
2.
Pembuatan larutan B
- Sebelum diencerkan (diambil
  Dari larutan A) volume larutan
  Dihitung
- Setelah diencerkan (Larutan B)
  Volume larutan dihitung
   


                 20       mL

                 100     mL

II.       Penentuan Konsentrasi Asam Klorida
No
Percobaan
Pengamatan
1.
Titrasi menggunakan Indikator Metil Merah
a. Titrasi 1
    - Volume HCl dihitung
    - Volume NaOH dihitung
    - Perubahan warna saat titrasi

b. Titrasi 2
    - Volume HCl dihitung
    - Volume NaOH dihitung
    - Perubahan warna saat titrasi

- Rata-rata volume HCl
- Rata-rata volume NaOH



                     10      mL
                     11,8   mL
       Merah muda à kuning


                  10        mL
                  13,5     mL
       Merah muda à kuning

                10        mL
                12,6     mL
2.
Titrasi Menggunakan Indikator Fenoftalein
a. Titrasi 1
    - Volume HCl dihitung
    - Volume NaOH dihitung
    - Perubahan warna saat titrasi

b. Titrasi 2
    - Volume HCl dihitung
    - Volume NaOH dihitung
    - Perubahan warna saat titrasi

- Rata-rata volume HCl
- Rata-rata volume NaOH



                10        mL
                12,4     mL
     Tidak berwarna à ungu


                10       mL
                12,0    mL
     Tidak berwarna à ungu

                10       mL
                12,2    mL

III.     Pembuatan Larutan NaOH
No
Percobaan
Pengamatan
1.
Pembuatan Larutan C
- Massa NaOH ditimbang
- Mr NaOH
- Volume larutan dihitung
  (Larutan C)

                0,4    gram
                40     gram/mol
                  50    mL
2.
Pembuatan Larutan D
- Volume larutan dihitung
  Sebelum diencerkan (diambil
  Dari larutan C)
- Volume larutan dihitung
  Setelah diencerkan (Larutan C)



                 25      mL

                100       mL
IV.    Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH
No
Percobaan
Pengamatan
1.
Titrasi NaOH dengan Larutan HCl sebagai Titran
a. Titrasi I
   - Volume HCl dihitung
   - Volume NaOH dihitung
   - Indikator
   - Perubahan warna yang
     terjadi
b. Titrasi II
   - Volume HCl dihitung
   - Volume NaOH dihitung
   - Indikator
   - Perubahan warna yang
     Terjadi
- Rata-rata volume HCL
- Rata-rata Volume NaOH



                12,3     mL
                10        mL
                Metil Merah
                Kuning à merah


                12,1      mL
                10         mL
                Metil Merah
                Kuning à merah

                12,2       mL
                10       mL
2.
Titrasi HCl dengan NaOH sebagai Titran
a. Titrasi I
   - Volume HCl dihitung
   - Volume NaOH dihitung
   - Indikator
   - Perubahan warna yang
     terjadi
b. Titrasi II
   - Volume HCl dihitung
   - Volume NaOH dihitung
   - Indikator
   - Perubahan warna yang
     Terjadi

- Rata-rata volume HCL
- Rata-rata Volume NaOH



                  10        mL
                  15,8     mL
                  Metil Merah
                  Merah  à kuning


                  10        mL
                  11,1     mL
                  Metil Merah
                  Merah à kuning


                 10         mL
                13,45     mL

2.    Perhitungan
I.         Penentuan Konsentrasi Larutan HCl Pekat
Diketahui : Massa jenis HCl = 1,19 kg/L = 1190 gram/L
Persen berat HCl = 37% (b/b)
Massa 1 L larutan pekat HCl = 1190 gr/L x 1L = 1190 gr
Massa HCl dalam 1L larutan pekat = 37% x 1190= 440,3 gr
Mr HCl Pekat = 36,5 gr/mol
Ditanya  :  MHCl pekat = ...?
Jawab     :
                         
II.      Penentuan Konsentrasi Larutan HCl Encer (Larutan A dan Larutan B)
1)        Melalui Perhitungan Pengenceran
a).       Konsentrasi Larutan A
Diketahui   : MHCl pekat = 12,06 M
VHCl pekat  = 4,15 mL  = 0,00415 L
                                                                                         VA = 100 mL = 0,1 L
Ditanya      : MA = ...?
Jawab         :                                                                          
b).      Konsentrasi Larutan B
Diketahui   : MA = 0,5 M
VA =   20 mL  = 0,02 L
VB = 100 mL  = 0,1 L
Ditanya      : MB = ...?
Jawab         :                                                    
2)        Melalui Titrasi
a).       Dengan Metil Merah
Diketahui   :  MNaOH  =   0,1 M
VNaOH   =   12,6  mL =  0,126 L
VHCl     =    10    mL =  0,01      L
Ditanya       :  MHCl =...?
Jawab         :                           
b).      Dengan fenophtalein
Diketahui   : NNaOH  =    0,1    M
VNaOH    =   12,2  mL =  0,0122 L
VHCl      =    10    mL =  0,01       L
Ditanya     : NHCl = ...?
Jawab        :                                                   

III.    Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH
1)      Melalui Perhitungan Pengenceran
a).       Konsentrasi Larutan C
Diketahui   : Massa NaOH = 0,4 gram
VNaOH = 50 mL = 0,05 L
Mr NaOH  = 40 gr/mol
Ditanya       : MNaOH (MC) = ...?
Jawab         :                                      

b).      Konsentrasi Larutan D
Diketahui :  M = 0,2 M
VC   =   25   mL = 0,025 L
VD   = 100   mL = 0,1     L
Ditanya     : MD  = ...?
Jawab               :                               
2)      Melalui Titrasi
                   Pada saat titik ekuivalen, jumlah ekuivalen basa dari natrium hidroksida   sama dengan jumlah ekuivalen asam dari larutan asam klorida.
a).        Titrasi NaOH oelh HCl
Diketahui     : NHCl  =   0,1 M
VNaOH  = 10 mL  = 0,01 L
VHCl     = 12,2 mL  = 0,012 L
NHCl    =    0,1 mL
Ditanya          :  NNaOH = ...?
Jawab             :                                     
b).      Titrasi HCl oleh NaOH
Diketahui     :  MHCl     = 0,1 M
NHCl       = 0,1 N
VHCl     = 10    mL = 0,01     L
VNaOH   =   13,45  mL = 0,013 L
Ditanya        : NNaOH = ...?
Jawab          :                                             

B              Pembahasan
Larutan dengan konsentrasi tertentu dapat dibuat dengan dua cara, yaitu dengan melarutkan zat padatan ke dalam larutan dan dengan mengencerkan larutan pekat. Untuk membuat suatu larutan dengan melarutkan zat padatan, ditimbang sejumlah tertentu zat yang diperlukan. Perlu diketahui berapa konsentrasi dari larutan yang diperlukan dan satuan yang digunakan.
Suatu larutan jika diencerkan, molaritas atau konsentrasi dari zat terlarut dalam larutan tersebut akan berkurang. Sifat larutan yang dihasilkan pun tidak akan sama persis lagi dengan zat pelarut karena perbedaan konsentrasi yang timbul. Pengenceran biasanya menggunakan zat pelarut berupa akuades.
I.          Pembuatan Larutan HCl
Untuk membuat suatu larutan HCl dengan konsentrasi tertentu, HCl pekat sebagai zat terlarut dan akuades sebagai pelarut. Dalam pengenceran ini tidak boleh dilakukan sembarangan. Harus mengikuti urutan-urutan dalam proses pembuatan.
Dalam pembuatan larutan HCl ini diawali dengan memasukkan larutan HCl ke dalam labu takar kemudian menambahkan akuades sedikit demi sedikit sampai volume larutan mencapai tanda batas. Apabila akuades terlebih dahulu dimasukkan ke dalam labu takar, maka HCl akan memercik. Hal ini disebabkan karena terjadinya reaksi eksoterm, yaitu reaksi yang mengubah energi kimia menjadi energi panas.

II.    Penentuan Konsentrasi Larutan HCl melalui Titrasi
-       Titrasi dengan indikator metil merah
HCl mula-mula ditetesi dengan 2 tetes indikator metil merah. Larutan mula-mula berwarna merah muda yang menandakan larutan cukup asam. Setelah titrasi dilakukan, terjadi perubahan warna larutan menjadi kuning yang menandakan larutan dalam keadaan kurang asam (bereaksi dengan basa).
-       Titrasi dengan indikator fenoftalein
HCl mula-mula ditetesi dengan 2 tetes indikator fenoftalein. Larutan mula-mula berwarna bening sebelum titrasi. Setelah titrasi dilakukan, terjadi perubahan warna larutan menjadi merah muda.

III.     Pembuatan Larutan NaOH
Untuk membuat larutan NaOH, dilarutkan butiran NaOH dalam akuades dengan volume tertentu. Untuk mendapat konsentrasi yang lebih rendah, diencerkan larutan tersebut dengan menambahkan akuades hangat hingga tanda batas dan mengocoknya hingga larutan homogen.

IV.    Penentuan konsentrasi larutan dengan titrasi
Titrasi dilakukan dengan menambahkan sejumlah HCl dengan volume tertentu dan NaOH dengan volume tertentu pula. Mula-mula larutan yang akan dititrasi ditetesi indikator (metil merah atau fenoftalein).
Pada indikator metil merah, mula-mula larutan berwarna merah muda. Hal ini disebabkan larutan mulai tercampur dengan indikator. Setelah dititrasi, larutan akan menjadi berwarna kuning. Pada indikator fenoftalein, larutan mula-mula berwarna kuning. Setelah dititrasi larutan akan  berwarna kuning.
Perbedaan hasil akhir titrasi antara titrasi asam terhadap basa (merah muda) dengan titrasi basa terhadap basa (kuning) dikarenakan karena perbedan penitrasi. Pada titrasi asam terhadap basa HCl (asam) berlaku sebagai penitrasi, sehingga warna larutan yang terbentuk adalah warna reaksi asam dengan indikator (asam + merah metil = merah muda), sedangkan pada titrasi basa terhadap asam yang berlaku sebagai penitrasi adalh NaOH (basa), sehingga warna larutan yang terbentuk pastilah warna reaksi basa dengan indikator (basa + merah metil = kuning). Sifat akhir larutan hasil titrasi ini adalah netral (asam kuat + basa kuat = netral).
Pada suatu melakukan titrasi sering terjadi kesalahan, hal ini dapat disebabkan hal-hal seperti kurang tepatnya pembacaan volume pada skala buret, penambahan indikator dalam larutan yang akan dititrasi atau kurang tepat dalam penambahan volume, yaitu kurang tepat memasukkan bahan dalam gelas ukur dan juga keadaan praktikan pada saat melakukan praktikum.
VI.         KESIMPULAN
          Dari percobaan yang dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1.    Larutan dapat dibuat dengan pengenceran larutan pekat atau dengan melarutkan zat terlarut yang berupa padatan.
2.    Larutan HCl dapat dibuat dengan mengencerkan HCl pekat.
3.    Larutan NaOH dibuat dengan melarutkan butiran NaOH padat ke dalam akuades.
4.    Molaritas larutan A sebesar 0,5 N dan Molaritas larutan B sebesar 0,1 N.
5.    Molaritas larutan C sebesar 0,2 M dan Molaritas larutan D sebesar 0,05 M.

DAFTAR PUSTAKA
Brady, E. James. 1999. Kimia Universitas Asas dan Sruktur. Binarupa Aksara.
    Jakarta
Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Kartika. Surabaya.
Keenan, Charles W., et al. 1989. Ilmu Kimia untuk Universitas. Jilid II, edisi ke-6. Erlangga : Jakarta
Oxtoby, David W. 2001. Prinsip-prinsip Kimia Modern. Erlangga. Jakarta.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 2. ITB : Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tulis komentar Anda disini